Sejarah Indonesia di Menumbing

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Pengangsaan Timur Jakarta dikumandangkan, upaya Belanda untuk menguasai kembali Indonesia terus dilakukan. Kontak senjata dan bentuk perlawanan terus dilakukan oleh pendukung Republik Indonesia. Kemudian dimulailah era yang dikenang sebagai era kronik revolusi kemerdekaan RI. Ketika dirasakan Jakarta tidak lagi aman, para pemimpin RI kemudian pindah ke Jogjakarta.

Dalam rangka menguasai kembali Indonesia, Belanda meluncurkan agresi militer ke II pada 19 Desember 1948 dimana serangan cepat berhasil menaklukan ibukota Republik Indonesia di Jogjakarta, di mana Pemerintah Belanda berhasil menangkap dan kemudian mengasingkan beberapa pemimpin Bangsa Indonesia.

Pada tanggal 22 Desember 1948 rombongan yang diasingkan ke Puncak Gunung Menumbing, di antaranya; Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Gafar Pringgodigdo, Mr. Ass’aat, dan Commodor Suryadarma. Kemudian Pada tanggal 31 Desember 1948 menyusul ke Pesanggrahan Menumbing yaitu Mr. Ali Sastroamidjoyo dan Mr. Moh Roem. Mereka bergabung dengan rombongan Mohammad Hatta di Pesanggrahan Menumbing.

Pada 6 Februari 1949, Presiden Soekarno dan Haji Agus Salim menyusul diasingkan di Muntok. Presiden Soekarno ditempatkan di Pesanggrahan Muntok yang ditemani dengan Agus Salim. Mohammad Roem, dan Ali Sastroamidjojo juga ikut menyertai, yang dimana sebelumnya mereka ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing bersama Mohamad Hatta. Dengan demikian para Pemimpin Republik Indonesia yang ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing ialah Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Gafar Pringgodigdo, Mr. Ass’aat, dan Commodor Suryadarma.

Pada bangunan ini pernah menjadi magnet perhatian dunia. Bangunan ini adalah saksi dari kegiatan dan pertemuan penting bagi upaya diplomasi perjuangan Republik Indonesia dengan Belanda dengan melibatkan Konferensi Tiga Negara (KTN) yang kemudian menjadi United Nation Commisions for Indonesia), juga Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) serta utusan dari pemerintah Belanda dan wartawan nasional-internasional yang mewartakan kegiatan tersebut ke seluruh dunia. Para pemimpin RI pun juga sempat berkunjung ke tempat ini seperti Muhammad Natsir, Sultan Hamengkubuwono IX, Wakil Kepala Polisi RI Sumarto, dan lainnya.*